Kata musik berasal dari akar kata yunani
"Muse", dalam mitolografi yunani dikenal bahwa muse adalah dewi-dewi
yang menguasai nyanyian, puisi kesenian dan ilmu pengetahuan. Muse merupakan
anak-anak Zeus (raja para dewa) dengan Mnemosyne (dewi ingatan).
Musik dalam Bahasa Inggris "music" adalah kata benda yang berarti
susunan bunyi bunyian yang beraturan dan sedap didengar . Menurut istilah musik
adalah bunyi yang dikeluarkan oleh satu atau beberapa alat musik yang
dihasilkan oleh individu yang berbeda berdasarkan sejarah, budaya, lokal dan
selera seseorang
Musik adalah bagian dari budaya dan ekspresi manusia paling
tinggi, musik memungkinkan seseorang mengalami keterhanyutandan keterhubungan
dengan sesuatu yang lebih besar dan agung.
Musik disebut Sangita dalam Bahasa Sansekerta yang melambangkan tiga subyek
yaitu: menyanyi, memainkan dan menari, ketiganya digabungkan dalam setiap
tindakan.
Musik merupakan bahasa yang universal, karena musik mampu dimengerti dan
dipahami oleh setiap orang dari berbagai bangsa di belahan dunia. Bagi kita
musik tentu saja bukan suatu yang baru, sengaja maupun tidak hari-hari kita
selalu dihiasi dengan alunan musik, apalagi saat ini perkembangan teknologi dan
industri radio serta televisi sangat pesat. Hal ini sebagai indikasi bahwa
musik juga mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan kehidupan manusia.

Musik adalah produk budaya yang cukup tua, klasik, eksotis dan sarat dengan
kepenuhan, di Mesir kurang lebih sekitar tahun 500 SM musik telah dikenal.
Musik bahkan telah menjadi sesuatu yang istimewa, yang tidak hanya sebagai
sesuatu yang mampu menghibur perasaan melainkan telah dihayati sebagai tradisi
luhur yang mengepresikan unsur-unsur transendental. Ini terlihat ketika musik
menjadi hal wajib dalam berbagai upacara dan ritual keagamaan masyarakat
sepanjang sungai nil.
Pada tahun 676 SM, ketika seni musik makin berkembang serta diminati banyak
kalangan, mulai dari masyarakat biasa ataupun mereka para aristokrat, seorang
pelajar bernama Tarpender berhasil membuat satu temuan susunan tangga nada.
Tarpender adalah orang yunani yang hidup di Lebos antara tahun 1100-500 SM.
Pada periode ini Tarpender berhasil menemukan empat nada dasar dan menyusun
dalam susunan yang harmonis. Karya ini kerap dikenal dengan istilah
"Tetrachord" yakni musik dengan susunan empat tangga nada. Dari empat
tangga nada yang ditemukan Tarpender inilah, pada tahap selanjutnya berkembang
menjadi tujuh tangga nada yaitu: do, re, mi, fa, so, la, si, do (Pier,1991:23).
Musik klasik adalah musik yang lahir dari budaya eropa sekitar tahun 1750-1825.
Biasanya musik klasik digolongkan menjadi periodisasi tertentu, berikut
perkembangan musik :
1. Notasi Gregorian tahun 590
Pada zaman ini musik lahir pada tahun 590 yang dimulai dengan penemuan notasi
oleh Paus Gregorius Agung sehingga disebut notasi Gregorian. Notasi ini memakai
empat garis sebagai balok not, tetapi belum ada rotasi iramanya sehingga
hitungan berdasarkan perasan penyanyi.
2. Musik Organum 1150-1400
Pada awalnya orang menyanyi dengan nada yang sama atau disebut dengan
"Anum". Nada atas dinyanyikan oleh wanita atau anak-anak, sedangkan
nada rendah dinyanyikan oleh laki-laki. Di sini terjadi susunan lagu berjarak
oktaf. Suara tinggi terbentuk dari anak-anak atau wanita dan suara rendah dari
laki-laki.
3. Musik Discant 1400-1600
Pada masa ini dirasakan ternyata tidak semua bisa mengikuti nada tinggi atau
nada rendah, oleh sebab itu diputuskan untuk membuat suara yang lebih kuat atau
lebih rendah mengikuti melodi kuart tinggi maupun kuart rendah dan musik yang
demikian ini disebut musik Diafoni (Dia: dua, Foni: suara).
4. Basso Ostinato tahun 1600
Orang-orang Italia pada tahun sekitar 1600 menemukan apa yang disebut Basso
Ostinato atau bass yang bergerak dengan pola yang sama, berupa rangkaian
nada-nada yang bergerak selangkah demi selangkah ke bawah atau ke atas,
kemudian diulang pada rangkaian nada lain secara bersama.
5. Musik Polifoni Era Barok (1600-1750)
Ternyata suara yang mengikuti sama dengan melodi menjadi membosankan, maka
mulailah suara tidak bergerak secara sejajar, tetapi dengan arah yang
berlawanan. Komponis Geovani Perluigi Palestrina (1515-1594) adalah perintis
tentang hal ini, Dia menyususun teori mengenai musik melodi banyak (Polifoni),
sehingga setiap nada atau titik (punctus-point) bergerak secara mandiri atau
berlawanan (Counter), disinilah lahir teori kontrapung. Palestrina menyusun
buku yang pertama tentang teori kontrapung ini. Johan Sebastian bach
(1685-1750) adalah salah satu musik polifoni dengan teknik kontrapung yang
sangat tinggi. Karena disusun seperti Matematika. Hampir semua komponis era
barok (1600-1750) menyusun dengan teknik kontrapung, misal George Frederic
Handle (1685-1759 dari Inggris), Antonio Vivaldi (1678-1741 dari Italia),
George philipp Telemann, Arcangelo Corelli, Henry Purcell, Domenico Scarlatti,
Jean-philippe Remeau (Perancis), Correlio (Italia), dll.
6. Musik Homofon Era Klasik (1750-1825)
Selanjutnya pada era klasik (1750-1825) ditemukan Susunan akord yang
berdasarkan tri-suara (triad), sehingga berkembang empat suara atau lebih.
Musik yang demikian disebut musik homofoni, sehingga kontrapung menjadi variasi
melodi yang kontrapuntis.
7. Musik Klasik Era Romantika
(1820-1910)
Hampir tidak ada perubahan dalam kontrapung dan harmoni secara fundamental.
Namun ada kemajuan dalam orkestrasi lengkap (dengan penemuan alat musik) Era
romantika adalah yang terakhir dan masih dapat diterima dengan pendengaran
masyarakat umum terutama pada musik opera, musik balet, dan walsa wina.
8. Musik Klasik Modern (1910-sekarang)
Pada masa musik klasik ini, karya yang paling tekenal berada pada abad ke-20
yakni: kitaro, Ricart Clayderman, Yanni dan Enya. Terdapat berbagai Aliran
musik yang berkembang yaitu: Musik klasik, musik rock, Musik tradisional dan
musik keagamaan. Dalam proses pembelajaran musik yang digunakan adalah musik
klasik karena musik klasik bersifat universal dan telah dilakukan berbagai
penelitian yang membuktikan bahwa musik klasik bermanfaat bagi perkembangan
otak manusia, dan musik klasik tidak mengandung kata-kata sehingga tidak akan
terjadi interferensi auditori

Edwin Murtejo XI IA-4/11